Minggu, 05 September 2010

Last Angel 22 Ending

Chapter 22
Aku tak bisa merasakan apa-apa. Yang kurasakan hanyalah aroma rumah sakit yang menyengat masuk lewat hidungku. Mataku terbuka. Dan kulihat seseorang tertidur disampingku. Tubuhku bergeser sedikit dan kurasakan sakit dikepalaku. Ku pejamkan mataku sesaat dan kubuka lgi. Kupandangi isi ruangan ini. Sepi. Hanya ada aku dan seseorang yang menungguiku. Kulihat matahari bersinar cukup terang. Aku melihat seseorang yang kini tiba-tiba terbangun dan mengerjapkan matanya di depanku.
“Kau!” teriakku kaget. Junsu membuka matanya lebar-lebar dan tersenyum melihatku yang kaget melihatnya.
“Pergi! Pergi sana! Pergi!” aku mendorongnya menjauh. Aku duduk di tempat tidurku dan melemparkan bantal ku padanya. Dia berdiri dan berusaha menenangkanku. Ku lepar semua yang bisa kulempar padanya sambil berteriak sekeras-kerasnya. “Pergi! Sana pergi! Aku gak mau melihatmu lagi! Pergi!” teriakku sambil terus melemparinya dengan buah yang ada di meja disamping tempat tidurku. Junsu terus berusaha bicara tapi terus kulempari dia.
“Pergi!”
“Arisa, tolong... aku..”
“Pergi!” teriakanku semakin keras dan air mataku mengalir lagi. Rasa sakit di kepalaku bercampur dengan rasa sakit di hatiku. Tiba-tiba pintu ruangan ini terbuka dan kulihat Arya oppa berlari kearahku. Aku terus menangis dan menyuruh Junsu pergi. Arya memelukku berusaha menenangkanku.
“Arisa..., tenang arisa...”
“Oppa...., suruh dia pergi oppa! Aku gak mau ngeliat dia lagi! Oppa tolong suruh dia pergi!” aku berteriak dan menangis dalam pelukannya. Arya oppa memaksa Junsu keluar dan Junsu pun akhirnya pasrah.
Air mataku terus mengalir. Aku takut. Aku bener-bener takut. Arya oppa menemaniku sampai aku tertidur lagi. Terkadang kurasakan kepalaku makin berdenyut walaupun mataku tertutup. Kudengar suara Dios yang berbicara dengan Arya di sampingku. Sepertinya Oppa sudah menceritakan semuanya ke Dios. Dan pelan-pelan kubuka mataku.
“Dios..., panggilku perlahan.” Dios langsung mendekat ke arahku.
“Ada apa? Ada yang sakit?” tanyanya khawatir. Bisa kulihat wajah Dios yang selama ini tenang dan terus di hiasi senyuman kini berubah. Dia nampak pucat dan sama paniknya dengan Oppa yang kini duduk di samping tempat tidurku.
“Maaf...” kataku terputus-putus. Air mataku mengalir lagi. Aku tau Dios pasti terpukul mendengar semua kenyataan ini dan aku harus benar-benar minta maaf padanya.
“Harusnya aku jujur padamu..” kataku lagi.
“Sudahlah lupakan. Aku tau Junsu menyayangimu dan itu membuatku jauh lebih tenang.”
“Tidak... dihatinya hanya ada Yurika....”
“Jangan bodoh! Kalau dia tidak menyukaimu dia tidak akan menungguimu 2 hari 2 malam! Kau tau dia selalu disampingmu selama kau pingsan.”
Aku diam. Berpikir sejenak dan berusaha biasa.
“Kau sudah baikan?” tanya nya pelan.
“Aku baik. Hanya sedikit pusing.”
“Kau tidur terus.” Kata Oppa sambil tertawa. Yah benar juga. Aku pusing karena tidur lebih dari 12 jam. Kami tertawa keras-keras dan bunyi ponsel Dios menghentikan tawa kami.
“Moshi moshi...” Dios masih sambil tertawa saat menerima panggilan dari ponselnya. Tiba-tiba ekspresinya berubah. Senyumnya menghilang dan kutahu ada hal buruk terjadi.
Dios menutup ponselnya dan menatapku tajam.
“Apa kau mencintainya?” tanyanya serius.
“Maksudmu?”
“Junsu...., dia akan kembali ke Korea. Mereka akan berangkat 1 jam lagi.”
Kata-katanya bagaikan petir bagiku.
“Apa maksudnya?” kata ku bingung.
“Entahlah. Yurika bilang Junsu pulang dengan wajah merah dan mengajak mereka segera pulang ke Korea.”
Aku diam. Dan air mataku mengalir. “Biarlah. Biarlah dia pergi...”
“Jangan bodoh! Kau mencintainya!” teriak Dios lagi.
“Tapi dia tidak mencintaiku! Percuma saja!” teriakku lagi. Oppa menenangkanku dan Dios benar-benar marah padaku.
“Sudahlah...., kalau kau mau ikut denganku mencegahnya.....”
“Tidak.”
Dios semakin kesal padaku. Dia berangkat dari tempatnya dan saat dia hampir menghilang aku memanggilnya.
“Tunggu. Bawaku aku menemuinya.”
Dios tersenyum dan segera membantuku berdiri. Dengan cepat Oppa memanggilkan taksi untuk kami berdua. Aku duduk di kursi belakang bersama Dios yang tak kalah paniknya denganku.
Tiap kali kulirik jam yang tertera di depan sang pengemudi. Waktu terasa jauh lebih cepat dari biasanya. Aku kaku, bener-bener gak bisa apa-apa. Takut..., itu yang kini kurasakan. Mobil seketika berhenti di depan bandara. Aku diam tapi Dios menarikku secepatnya. Dia hampir menggendonghku karena lariku yang terlalu pelan. Semua membuatku bingung. Nuansa badara yang berbeda dari biasanya. Ada banyak harapan yang kini berterbangan di udara yang tak bisa kulihat. Aku bersama Dios berlari dan akhirnya kutemukan dia di barisan antrian. Mereka hampir check in.
“Junsu Oppa!” teriakku. Orang yang kumaksud menoleh ke arahku. Yurika dan ynag lainnya terkejut melihatku yang masih memakai seragam rumah sakit dan hanya sehelai sweater menutupi tubuhku. Padahal saat ini musim dingin, tapi aku tak peduli. Benar-benar tak peduli. Angin musim dingin yang bertiup seakan lebih hangat dari pada biasanya. Aku tau ini gila, karena tak sedikit orang yang ambil perhatian ke arah kami berdua. Junsu menatapku penuh arti. Aku menangis dan menangis lagi.
“Jangan pergi..., kumohon jangan pergi...” kata-kataku disambut senyuman dan teriakan Yurika yang terlihat senang. Aku menatap junsu sebisaku. Mataku berair dan aku tak bisa melihatnya dengan jelas. “Kumohon jangan pergi...”
Junsu mendekat kearahku. Melihatku dari dekat. Mengamati tiap centi wjahku dan dia menciumku. Aliran darahku seakan mengalir jauh lebih cepat. Aku diam dan terus membalas ciumannya. Terasa berbeda. Aku bisa merasakan perasaannya sekarang. Walaupun ini bukan pertama kalinya dia menciumku tapi inilah yang terbaik. Aku bisa rasakan cintanya. Kami berciuman cukup lama dan Junsu memelukku erat.
“Aku takkan membuatmu menunggu lagi. Aku janji. Saranghaeyo.” Kata-katanya membuatku menangis. Semua tersenyum dan bisa kulihat Changmin dan YUrika yang terlihat paling bahagia. Hari ini, hari yang terindah dalam hidupku. Pertama kalinya kudengar dia mengatakan cintanya padaku dan kurasakan semua terasa berbeda sekarang. Nuansa bandara jauh lebih indah dari pada biasanya. Bisa kurasakan angin musim dingin berubah menjadi hangat. Pelan-pelan kusadari satu hal. Ini lah cinta. Cinta pertamaku. Dan cinta terakhirku. Kaulah..., you are my first angel and will be my Last Angel Forever..................

--END--

0 komentar: